Jakarta – Fajar Nusantara,
Menteri BUMN Dahlan Iskan mewanti-wanti jangan sampai mobil Esemka setelah diproduksi besar-besaran tetapi tidak ada yang beli dan merugikan negara. Seperti motor China (mocin) yang tak laku meskipun harganya murah.
Dahlan menyatakan pihaknya perlu memperdalam proyek produksi mobil Esemka sebagai mobil nasional. Pasalnya, jangan sampai produksi mobil ini sangat bergantung pada Penyertaan Modal Negara (PMN) sehingga nantinya justru merugikan negara.
"Kalau misalnya nanti kita bikin mobnas, terus tiap tahun pemerintah harus berikan PNM yang ratusan miliar, ya tentu nanti tidak sehat dan buat kemarahan lebih banyak. Jadi yang penting bagaimana sebaiknya ini dihitung secara komersial apakah layak ini diproduksi secara massal atau tidak," ujarnya saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (9/1).
Dahlan juga mengkhawatirkan jika mobil ini tidak laku di pasaran karena meskipun memiliki harga murah, belum tentu laku. Hal ini karena masyarakat juga menginginkan keselamatan. Untuk itu, perlu diperhatikan keamanan kendaraan tersebut.
"Belum tentu murah itu laku, kalau misalnya murah tapi tidak aman, atau murah tapi gampang rusak. Kan dulu juga ada motor China yang harganya sepertiga dari Honda tapi kan tidak jalan," ujarnya.
Dengan demikian, lanjut Dahlan, setelah diproduksi besar-besaran maka masyarakat juga akan beli.
"Jangan tidak beli dengan berbagai alasan. Itu termasuk yang akan kita pertimbangkan. Kira-kira kalau diproduksi secara massal, masyarakat mau beli tidak. Kalau yang beli cuma saya atau wali kota Solo atau Menko Perekonomian, itu kan tidak bisa juga, tidak cukup. Tetapi perlu riset di masyarakat, kalau diproduksi, mau beli tidak," ujarnya.
Dahlan menyatakan riset di pasar perlu dilakukan mengingat kebiasaan masyarakat untuk menghina produk dalam negeri jika nanti terdapat kesalahan dalam produk nasional tersebut.
Mobil Esemka dibuat oleh siswa SMK Negeri 2 Surakarta itu dan SMK Warga Surakarta. Untuk membuat 1 unit Esemka memakan waktu 4 bulan lamanya. Hal itu karena para anak SMK masih manual dan belum secanggih mesin produsen mobil di Indonesia.
Penggunaan Esemka oleh Walikota Solo Joko Widodo telah membuat hingar bingar pemberitaan di tanah air dalam 2 hari terakhir.
"Masyarakat kan praktiknya tidak begitu, apalagi kalau sikap masyarakat sekarang ini cenderung menghina diri sendiri. Wah ini bikinan Indonesia, kita tidak mau. Kalau misalnya sikap masyarakat masih seperti itu, ya ini nggak akan jalan," keluhnya.
Mobil Esemka dibuat oleh siswa SMK Negeri 2 Surakarta itu dan SMK Warga Surakarta. Untuk membuat 1 unit Esemka memakan waktu 4 bulan lamanya. Hal itu karena para anak SMK masih manual dan belum secanggih mesin produsen mobil di Indonesia.
Penggunaan Esemka oleh Walikota Solo Joko Widodo telah membuat hingar bingar pemberitaan di tanah air dalam beberapa hari terakhir.
Selain itu, Menteri BUMN Dahlan Iskan mengajak empat BUMN untuk menggarap proyek mobil nasional (mobnas). Keempat BUMN tersebut adalah PT INKA, PT Dirgantara Indonesia (PT DI), PT Boma Bisma Indra, dan PT Barata diharapkan akan mendukung produksi mobil nasional, apakah itu Esemka atau produk lainnya.
"Kalau INKA, kemudian PT DI, Barata, PT Boma Bisma Indra itu nanti kalau digabung jadi satu kan kuat sekali. Kita akan ketemu semuanya di Madiun hari Jumat, besok," ujar Dahlan saat ditemui di Kantor Menko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Senin (9/12).
Dalam kesempatan itu Dahlan menyatakan dirinya akan melihat secara langsung prototipe dari mobil Esemka buatan siswa SMK di Solo. Kemudian dilihat kembali secara nilai bisnisnya apakah bisa diproduksi massal.
"Jangan orang emosional, misalnya Malaysia sudah punya mobnas, kita tidak tahu apakah secara bisnis itu baik, apakah Proton tidak habiskan uang negara, kita kan tidak tahu, apakah Proton disubsidi terus tiap tahun kita tidak tahu, apakah Proton tidak PMN (penyertaan modal negara) terus tidak tahu. Kita tahu hanya kulitnya saja bahwa Malaysia punya mobnas, kok kita tidak punya, kalau memang secara komersial ini bisa jalan, tentu ya harus jalan," paparnya.
Mantan Dirut PLN ini mengharapkan pembicaraan mengenai mobil nasional ini tidak akan menguap setelah 40 hari, setelah pemberitaan mengenai mobil ini berhenti dibicarakan di media-media nasional. Untuk itu, harus dijaga momentumnya guna mewujudkan mobil nasional.
"Cuma kita kan tahapnya sekarang lagi terpicu membicarakan mobnas lagi dan saya kira momentum ini harus dijaga. Jangan sampai menguap, jangan nanti 40 hari lagi orang tidak bicara itu lagi karena biasanya isu hangat itu umurnya 40 hari. Biasanya begitu, ini tidak tahu agenda setting atau bukan, tapi biasanya begitu. Ini wartawan juga yang bikin, setelah 40 hari wartawan sudah bosan," jelasnya.
Namun, Dahlan menegaskan produk ini harus diperhitungkan secara komersial dan tidak hanya bersifat emosional.
“Segera dihitung apakah secara komersial dan secara bisnis ini bisa masuk hitungan atau tidak. Begitu bisa masuk hitungan harus ada yang berani di depan, BUMN harus berani. Tapi itu tadi harus dihitung, jangan emosional bahwa Malaysia punya tapi kita tidak tahu di dalamnya itu apa," tandasnya.
(nia/dnl/Dtc/*)
Sabtu, 14 Januari 2012
Langganan:
Postingan (Atom)