Gondang-Fajar Nusantara
Kisruh pengadaan bantua sapi di Desa Ngujung, Kecamatan Gondang dari dana pemerintah. Dari dana sekitar 292,5 juta tersebut rencananya untuk pembelian sedikitnya 35 ekor sapi dan diberikan kepada anggota kelompok tani. Sayang sapi-sapi tersebut tidak sampai ke tangan anggota kelompok Tani Ngudi Bagio I, justru dipelihara sendiri oleh salah satu pengurus, yakni keluarga Tarkam.
Karuan saja, perbuatan Tarkam ini membuat anggota Kelompok Tani Ngudi Bagio I mengeluh dan menduga bantaun sapi diselewengkan.
Menurut keterangan Ngaliman, 60, sebagai anggota, dia sempat mendengar adanya bantuan sapi bagi kelompok taninya tersebut. Namun, saat ditanyakan langsung ke pengurusnya tidak mendapat jawaban yang memuaskan. "Jumlah bantuan berapa, kami tidak tidak tahu," terangnya. Many a saja menurut keterangan anggota yang lain, saat melihat di kandang Tarkam, sedikitnya ada 28 ekor sapi. Selain itu jenisnya kecil-kecil. Karuan saja, para anggota yang seharusnya menerima bantuan tersebut mengaku kecewa dengan ulah tarkan dan keluarganya itu yang menggagahi bantuan sapi dari pemerintah tersebut. "kalau di pasaran harganya paling mahal hanya Rp 5 juta-an, bisakurang iya," jelasnya.
Rasa kecewa juga disampaikan Minto, salah satu anggota lainnya. Dirinya menyatakan baru mengerti kalau kelompok Tani Ngudi Bagio I menerima bantuan sapi sekitar 35 ekor. Hanya saja adanya faktor tidak transparan dari pengurus, membuat anggota yang lain tidak tahu samasekali.
"Nggak tahu, Mas, kami hanya dengar-dengar saja, pastinya gimana kita tidak Jarnya. Akibat dari perbuatan Tarkan dan keluarganya itu membuat anggota terkesan acuh dengan masalah ataupun adanya bantuan yang diberikan pada kelompok tani. Di samping itu mereka juga menyayangkan pengelolaan sapi yang terkesan dimonopoli oleh keluarga Tarkam, "Bantuannya untuk kelompok, tapi kenapadikelola keluarga," tanya Ngaliman.
Berdasarkan pantauan media ini, bantuan yang diberikan berasal dari Dirjen Pertanian Pusat dengan nama kegiatan bantuan rehabilitasi lahan melalui pengembangan rumah kompos dan sapi ternak dengan anggaran sekitar Rp 292,5 juta.
Dalam kontrak perjanjian disebutkan, selain digunakan untuk pembangunan rumah kompos bantuan tersebut juga digunakan untuk membeli 3 5 ekor sapi. Namun kondisi sapi-sapi di lokasi saat itu bervariasi. Bahkan tidak sebanding dengan nilai bantuan yang diberikan dengan sapi-sapi yang ada. Dari 35 ekor yang dianggarkan, hanya dibelikan 28 ekor sapi. Itu pun besar-kecilnya tidak merata. Bahkan banyak didominasi sapi yang masih pedet. Hanya da empat ekor yang terlihat besar. "Ini baru 28 ekor," ungkap Budi salah satu pekerja.
Ketika dikonfirmasi masalah jenis sapi bantuan tersebut, pria yang masih putra Tarkam sendiri itu tidak bersedia memberikan jawaban. "Nggak tahu Tanya bapak saja," ungkapnya. Tidak hanya itu, pengelolaan sapi sendiri bukan dikelola oleh kelompok tani. Melainkan terkesan dikelola oleh keluarga Tarkam sendiri. Empat orang yang dipekerjakan tiga di antaranya adalah keluarga Tarkam.
Saat dikonfirmasi ,Tarkam tidak mengelak kalau telah mengelola sapi-sapi bantuan itu bersama keluarganya. Ketua kelompok tani itu, berdalih pengelolaan sapi yang diberikan pada keluarga saat ini hanya bersifat sementara. Ini disebabkan karena jumlah sapi masih belum genap, "Nanti kalau sudah lengkap akan dikelola kelompok tani," terangnya.
Tarkam sendiri juga mengakui lahan yang dibangun saat ini memang bukan milik kelompok tani melainkan milik keluarganya.
Tarkam mengatakan, sesuai dengan petunjuk yang ada harga sapi yang dibeli harga per ekornya Rp 6 juta. Saat ditanya ukuran sapi yang kecil-kecil, Tarkam beralasan ini dikarenakan pihaknya juga butuh operasional dalam pengelolaan sapi tersebut. Mulai dari pengadaan pakan hingga transportasi untuk mengangkutnya. Namun demikian Tarkam tidak membantah ada .sapi yang memang ukurannya terlalu kecil. Rencananya sapi tersebut akan dikembalikan untuk ditukar yang baru, "Kami milih yang besar," tuturnya.
Sayang saat dikonfirmasi terkait dugaan penyimpangan bantuan sapi tersebut, Kepala Dinas Pertanian Budi Waspodo tidak bisa dihubungi. Saat dihubungi lewat telfon, ponselnta tidak aktif. (tim/*yan)
Kamis, 06 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAKAN KOMENTAR KRITIK DAN SARAN ANDA