Jombang Fajar Nusantara
Puluhan bocah di Desa Gedangan, Kecamatan Mojowarno, Jombang menumpukan harapan dan masa depannya dari penghasilan orang tua sebagai pengrajin genting. Libur sekolah menjadi saat yang tepat bagi anak-anak membantu orang tuanya.
Sejak minggu ketiga bulan Juni, anak-anak sekolah mulai menjalani masa liburan. Bagi anak-anak yang memiliki orang tua dengan penghasilan lebih dari cukup, masa liburan sekolah dimanfaatkan untuk tamasya, berkunjung ke sanak saudara di luar kota ataupun bermain di taman bermain anak-anak.
Namun, cerita itu beda dengan anak-anak yang orang tuanya memiliki keterbatasan dalam soal ekonomi. Di Dusun Gedangkaret, Desa Banjardowo, Jombang Yuliani dan Sarni, bocah kelas 5 dan kelas 4 Sekolah Dasar (SD) memilih bermain diatas tumpukan sampah di Tempat Pembuangan (sampah) Akhir (TPA). Tak sekedar bermain, diatas tumpukan sampah itu, dua kakak beradik ini seolah berpacu dengan mesin pemadat sampah (bego), serta pemulung lainnya untuk memilah dan mengumpulkan sampah yang bisa dijual.
Memungut sampah di TPA. Itulah aktifitas Yuliani dan Sarni yang akan dilakukan selama liburan sekolah. Mengisi waktu libur sekolah dengan bekerja membantu orang tua juga dilakukan sejumlah anak-anak di Desa Gedangan, Kecamatan Mojowarno, Jombang. Tidak sedikit dari anak-anak yang masih dibangku sekolah setingkat SD dan SMP merelakan sedikit waktu untuk membantu orang tuanya membuat genting. Maklum, desa itu adalah sentra industri genting di Kabupaten Jombang.
Diantara anak-anak itu adalah Rizal Maulana. Bocah kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah (MI) Najatuddaroini Gedangan, Mojowarno ini mengaku senang bisa membantu orang tuanya saat liburan sekolah. “Bantu ngempleng tanah dari jam 8 sampai jam 10. Senang bisa membantu orang tua karena nanti uangnya untuk membeli buku pelajaran dan jajan sekolah,” tutur Rizal, Kamis (1/7) siang.
Istilah 'ngempleng' sebagaimana kata Rizal adalah kegiatan memadatkan dan mengkotakkan tanah sebelum dimasukkan ke dalam alam cetak genting. Setelah dua jam membantu orang tuanya, Rizal pun bermain dengan teman-teman sebayanya.
Aktifitas serupa juga dilakukan Soleh Mawandi. Bocah yang pada tahun ajaran baru nanti duduk di bangku kelas 2 Madrasah Tsanawiyah (MTs) Najatuddaroini tersebut bahkan sudah menjadikan aktifitas membuat genting sebagai pekerjaan harian. Saat pagi, dia mencetak genting, sedangkan saat siang Soleh mengikuti jam pelajaran di Sekolahnya.
Soleh mengaku, dia sudah terbiasa membantu orang tuanya membuat genteng sejak kelas 5 MI. Awalnya, dia hanya mampu melakukan tugas 'ngempleng' tanah dan saat ini dia sudah lihai mengoperasikan alat pencetak genting.
Bagi Soleh, aktifitas membuat genting merupakan cara tepat membantu orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Membuat genting merupakan cara yang paling mungkin dilakukan oleh anak-anak seusianya. “Saya bantu mencetak. Sehari biasanya dapat 250 lembar, habis itu (mencetak genting) sekolah,” tuturnya.
Soleh mengaku senang bisa membantu orang tuanya. Saat bertemu dengan teman dari sekolah lain, Soleh juga tidak sungkan mengakui dirinya adalah pembuat genting. Ia justru mengaku bangga karena diusianya sekarang sudah bisa membantu perekonomian keluarga.
Tak hanya Rizal dan Soleh Mawandi yang mengisi waktu liburan sekolah untuk membantu orang tuanya. Miftahul Jannah, bocah kelas 5 MI dan sejumlah bocah lain juga melakukan hal serupa.
Menurut Supri, salah seorang guru yang tinggal di Desa Gedangan, salah satu hal yang membuatnya kagum terhadap anak-anak di Desanya adalah kemauan mereka membantu orang tua meski masih sekolah. Kebanggaannya terhadap anak-anak yang mau membantu orang tuanya juga beriringan dengan sikap para orang tua yang tidak mengabaikan pendidikan anak-anaknya.(top)
Selasa, 13 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAKAN KOMENTAR KRITIK DAN SARAN ANDA