Kamis, 06 Mei 2010

DIPERKIRAKAN RATUSAN HEKTAR TANAMAN PADI DI NGANJUK GAGAL TUMBUH

Nganjuk-Fajar Nusantara,
Ada hal berbeda yang dialami para petani tahun ini, sebuah hama penyakit menyerang tanpa ampun. Akibatnya, ratusan hektar tanaman padi terancam gagal tumbuh. Hal tersebut dialami sebagian petani hampir merata di seluruh kecamatan yang ada dikabupaten Nganjuk. Mulai dari Kecamatan Gondang, Rejoso, Tanjung Anom, Prambon dan berbagai kecamatan yang lain.
Gejala tanaman yang terserang hama sejenis sundep tersebut yaitu, setelah berumur 15 hari, tanaman mengalami kering pada bagian ujung daunnya, kemudian menjalar kebawah hingga akhirnya seluruh daun mengering lalu mati. Dan musibah tanaman tersebut diistilahkan dengan sebutan ''ambles''.
Tak hayal lagi, sebagian besar dari Para petani yang mengalami hal itu langsung panik. Sebagian dari mereka melakukan tindakan nekat dengan cara memusnahkan tanaman yang terserang, kemudian ditanami kembali dengan benih yang baru. Tentu ini membawa kesulitan dan masalah tersendiri yang berujung pada resiko dan kerugian. Disamping itu, dari segi waktu, mereka harus berspekulasi dengan curah hujan yang ada. Sebab, mereka harus menanam benih kembali dan itu juga cukup memakan waktu, padahal curah hujan sudah mulai berkurang dan tidak menentu.
'' ya terpaksa tanaman padi yang terserang hama dan hampir mati itu kita ludeskan sekalian mas, langsung kita traktor lagi kemudian dilakukan tanam ulang. Lha Mau bagaimana lagi kalau sudah begini'' ujar seorang petani di kawasan Desa Talun, kecamatan Rejoso. Hal senada juga dilakukan oleh beberapa petani di kawasan Desa Pandean dan Desa Balonggebang Kecamatan Gondang dan beberapa daerah yang lain.
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun Fajar Nusantara, untuk wilayah Kecamatan Rejoso saja, setidaknya ada sekitar 59 Ha, dan yang paling banyak terserang adalah Desa Ngangkatan yang mencapi sekitar 20 Ha.
Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala UPTD Pertanian Kecamatan Rejoso, Sugi Pramono. Namun sugi mengaku sebagian besar tanaman yang terserang sudah mulai pulih kembali. Disamping itu, masih kata Sugi, memang ada juga petani yang tidak sabar kemudian langsung mentraktor kembali sawahnya untuk dilakukan penanaman ulang.
Sementara itu, ditempat terpisah, Sekertaris Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Nganjuk, Istanto, mengaku sudah membentuk dan menurunkan tim khusus atas musibah itu. Menurut Istanto, penyakit tersebut diakibatkan oleh jamur yang muncul karena adanya kesalahan dalam tehnik pengolahan tanah. Sedangkan untuk obat yang dianjurkan terhadap hama penyakit seperti itu adalah obat-obatan yang berjenis Mikro organisme.
Selain itu, masih lanjut Istanto, pihaknya juga sudah melakukan penyuluhan tentang bagaimana tehnik pengolahan lahan yang benar serta penanggulangan hama penyakit pada tanaman. Sedangkan mengenai tindakan petani yang melakukan penanaman ulang, itu dinilai juga kurang tepat. '' seharusnya cukup menggunakan obat, tidak perlu dilakukan penanaman ulang. Toh kalaupun dilakukan penanaman ulang juga belum tentu menjamin hasilnya pasti bagus. Sebab, tanah butuh istirahat. Kalau langsung ditanami tanpa ada spasi waktu yang cukup dari waktu panen, ya hasilnya bisa muncul hama penyakit seperti itu'' jelas Istanto saat ditemui Fajar Nusantara dikantornya, baru-baru ini.
Menanggapi hal itu, seorang aktifis LSM di Nganjuk mengatakan “Kegagalan petani sama dengan kegagalan petugas PPL dalam membina dan mengawasi petani. sebagai bentuk kompensasi Kegagalan tersebut pemerintah harus meringankan beban kerugian petani bisa berupa mengganti benih padi atau memberikan biaya tanam sebab petani kita sebagian besar belum memiki lahan atau sawah sendiri, mereka menggarap sawah dengan sistem membeli tahunan” jelas aktivis LSM tersebut pada Fajar Nusantara Selasa (4/5) (Tim) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SILAKAN KOMENTAR KRITIK DAN SARAN ANDA

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

VIDEO

ENTER-TAB1-CONTENT-HERE

RECENT POSTS

ENTER-TAB2-CONTENT-HERE

POPULAR POSTS

ENTER-TAB3-CONTENT-HERE
 

FAJAR NUSANTARA Copyright © 2010 tim-redaksi is Designed by abud_talang