Sabtu, 09 April 2011

Retakan di Lereng Gunung Wilis Diduga Akibat Pelapukan Kerak Bumi

Nganjuk-Fajar Nusantara
Munculnya dentuman dan getaran di permukaan hingga mengakibatkan retakan tanah di lereng Gunung Wilis, turut mengundang perhatian ITS Surabaya untuk melakukan penelitian. Kesimpulan sementara, mereka menganggap kejadian tersebut akibat pelapukan kerak bumi.
Tim dari ITS melakukan penelitian atas dentuman, getaran di permukaan dan retakan tanah di lereng Gunung Wilis bersama-sama ESDM Jatim dan BMKG. Mengirimkan 4 orang staf dari Fakultas Teknik Sipil, penelitian difokuskan pada masalah tanah, karena berkaitan secara langsung dengan ancaman longsor yang dapat merusak jalan dan jembatan.

"Kami datang berdasarkan undangan, untuk bisa sama-sama sharing mengenai fenomena alam ini. Tapi ada juga dari kami yang meneliti ini karena  dengan studinya," kata Kepala Laboratorium Mekanika Tanah FakultasTeknik Sipil ITS, Sumarno kepada detiksurabaya.com, disela proses penelitian oleh ESDM dan BMKG Dari penelitian sepintas yang dilakukannya, Sumarno menjelaskan, khusus pada retakan tanah terjadi akibat pelapukan kerak bumi, yang lazim terjadi karena termakan usia. Secara teknis Sumarno menyebut permasalahan tersebut sebagai overall sliding.
"Tanah itu kan memiliki kekuatan geser. Karena pelapukan, bebatuan pecah jadi kerikil, pasir dan tanah. Nah karena beban yang terus bertambah, salah satunya dari resapan air, massa memiliki beban berlebih dan mengalami sliding atau pergeseran," jelas Sumarno.
Untuk mempermudah penjelasannya, Sumarno mengibaratkan sebuah kue dengan coklat sebagai perekat. Apabila kue tersebut terus menerus mendapatkan guyuran air, maka daya rekat akan mengalami penurunan.
"Ini, disini untungnya kandungan tanah liat masih tinggi. Jadi pergeserannya tidak begitu parah," sambungnya.
Dalam keterangannya Sumarno juga mengungkapkan, pelapukan kerak bumi sebagai hal yang wajar. Seiring usia bumi yang terus bertambah dan beban yang didapatkannya, kejadian seperti di lereng Gunung Wilis akan terus terjadi di waktu mendatang.
"Ini tidak bisa dihentikan, karena ini fenomena alam. Bisanya dicegah agar tidak berakibat yang membahayakan, contohnya jangan merusak alam," tegas Sumarno.
Dari kesimpulan sementara tersebut Sumarno enggan menyebutnya sebagai penyebab munculnya dentuman, getaran di permukaan dan retakan tanah. ITS diakuinya akan kembali melakukan penelitian, dengan melibatkan banyak tenaga ahli di bidangnya, salah satunya studi bencana.
Sebelumnya, permukaan tanah di lereng Gunung Wilis mengalami keretakan dengan panjang mencapai 2 kilometer. Retak dengan kerenggangan antara 10 centimeter hingga seukuran tubuh orang dewasa tersebut memiliki kedalahan hingga 5 meter. Fenomena ini berdasarkan penelitian ESDM Jatim dan BMKG dipicu oleh adanya gempa berkekuatan 0,5 - 3 mmi pada kedalaman 3 - 5 kilometer di bawah permukaan tanah.(dtc/*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SILAKAN KOMENTAR KRITIK DAN SARAN ANDA

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

VIDEO

ENTER-TAB1-CONTENT-HERE

RECENT POSTS

ENTER-TAB2-CONTENT-HERE

POPULAR POSTS

ENTER-TAB3-CONTENT-HERE
 

FAJAR NUSANTARA Copyright © 2010 tim-redaksi is Designed by abud_talang